Seram Utara - Di balik gegap gempita peringatan Hari Kemerdekaan, potret ketimpangan pendidikan masih tampak mencolok di jantung Pegunungan Seram Utara.
Di Negeri Administratif Hatuolo, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah, masyarakat setempat bersama organisasi paguyuban Gerakan Mahasiswa Pemuda Pegunungan Seram Utara (GEMA PENU SETARA) bergotong royong membangun ruang sekolah darurat untuk SDN 355 Maluku Tengah, satu-satunya sekolah dasar di wilayah itu.
Pembangunan ini adalah wujud dari kesadaran kolektif dan gerakan akar rumput masyarakat lokal terhadap pentingnya pendidikan. Michael Amanukuany, koordinator lapangan GEMA PENU SETARA, menyebut pembangunan ini sebagai bentuk keprihatinan sekaligus perlawanan terhadap ketidakadilan pendidikan yang dialami anak-anak di Hatuolo.
“Gerakan ini dilakukan secara kolektif dan swadaya oleh masyarakat, mengingat kondisi pendidikan di Negeri Hatuolo sangat memprihatinkan,” tegas Michael dalam rilis yang diterima Kamis (7/8/2025).
Aksi ini merupakan bagian dari program tahunan GEMA PENU SETARA bertajuk Tour Takilele, yang menyusuri kampung-kampung terpencil untuk menggelar diskusi tentang pendidikan dan perampasan ruang hidup.
"Ini bukan sekadar simbol. Kami membangun karena negara absen terlalu lama," tambah Michael.
Menurutnya, kondisi sekolah sangat memprihatinkan. Gedung resmi hanya terdiri dari satu ruang yang digunakan bersama oleh 15 murid dari kelas 1 hingga 6. Satu papan tulis dan meja-kursi seadanya menjadi fasilitas utama. Proses belajar bahkan kerap berlangsung di gedung Posyandu yang sementara dialihfungsikan sebagai ruang kelas.
“Meja dan kursi dibawa dari rumah. Buku pun sangat terbatas. Perpustakaan tidak layak disebut sebagai perpustakaan,” ujarnya.
Ironisnya, pada 2017 masyarakat sempat membangun gedung sekolah secara swadaya, namun bangunan tersebut roboh karena bahan bangunan yang tidak layak dan ketiadaan dukungan dari pemerintah daerah.
“Kami tak lagi menunggu janji. Meski tergolong wilayah 3T, kami tetap berhak atas pendidikan yang layak,” kata Michael, yang ikut langsung dalam pembangunan.
Ia menambahkan bahwa masyarakat berharap pemerintah, khususnya Dinas Pendidikan Kabupaten Maluku Tengah, segera turun tangan.
“Pemerintah harus hadir, bukan hanya dalam bentuk seremonial, tapi lewat infrastruktur nyata, mobilier yang layak, dan pengakuan bahwa anak-anak Hatuolo juga bagian dari republik ini,” pungkasnya. (OR-EH)
![]() |
Klik ☝ untuk mengikuti akun Google News Kami agar anda tidak ketinggalan berita menarik lainnya |