![]() |
Oleh: { Ikel Dojja/Pegiat sosial} |
## Perjalanan yang Membayar Lunas
Perjalanan menuju Hutan Ampupuk bukanlah tentang kecepatan, melainkan tentang ketangguhan dan kesabaran. Melintasi jalur yang menghubungkan Maumere dan Ende, kami disuguhi trek yang berliku tajamkhas pegunungan Flores yang menantang adrenalin.
Apalagi saat musim hujan tiba. Medan yang terkadang licin dan berlumpur menuntut konsentrasi ekstra bagi para pengendara. Namun, meski jalanan menantang, aspal yang sebagian besar sudah baik menjadi jaminan bahwa petualangan ini layak ditempuh. Begitu pepohonan besar mulai memayungi jalan, kita tahu bahwa kita telah memasuki gerbang "Swiss-nya Flores."
## Atmosfer "Minahasa" di Tanah Ende
Warga lokal sering menyebutnya sebagai "Wisata Hutan Pinus," merujuk pada kemiripannya dengan lanskap hutan pinus di Minahasa yang ikonik. Di Hutan Ampupuk, alam masih memegang kendali penuh. Kondisinya masih sangat asri, didukung oleh curah hujan yang cukup tinggi yang menjaga kelembapan hutan sepanjang tahun.
Saat kabut tebal turun, suasana berubah menjadi magis. Pohon-pohon Ampupuk yang mulai tumbuh sejak sekitar tahun 1997 ini berdiri tegak bagai penjaga rahasia. Di sini, jaket tebal bukan sekadar aksesori fesyen, melainkan kebutuhan wajib. Udara dingin yang menggigit adalah teman setia saat kita menyeruput keindahan visual yang ditawarkan. Bagi generasi Z dan milenial, setiap sudut hutan ini adalah frame foto yang estetik dan "Instagrammable."
## Hangatnya Kopi di Tengah Dinginnya Kabut
Di balik keindahan alamnya, Hutan Ampupuk juga menyimpan cerita tentang hangatnya persaudaraan lokal. Kami sempat mampir di sebuah kios kecil bernama Kajundara. Sang pemilik, Bapak Alan, menyambut kami dengan senyum yang tulus.
Sejak tahun 2021, Bapak Alan menjadi saksi betapa hutan ini telah menjadi magnet bagi wisatawan. Mulai dari pelancong lokal asal Maumere, Ende, Manggarai, hingga wisatawan mancanegara.
"Sangat membantu kami yang membuka kios kecil-kecilan di sini," ujarnya sambil menyeduh kopi hangat untuk kami.
Di Kios Kajundara, segelas teh manis atau kopi panas terasa berkali-kali lipat lebih nikmat saat dipadukan dengan hawa dingin yang mengepung. Obrolan singkat dengan Bapak Alan memberikan kami perspektif baru tentang bagaimana pariwisata perlahan menghidupkan ekonomi desa.
## Dari Negara Kembali ke Adat
Hutan Ampupuk memiliki sejarah pengelolaan yang menarik. Dahulu, kawasan ini dikelola oleh KPH Kehutanan Ende. Namun, kesadaran akan hak ulayat membawa hutan ini kembali ke pangkuan Masyarakat Adat Mosalaki Kabesani Nuapu’u.Kini, hutan ini dijaga dengan kearifan lokal, memastikan kelestariannya tetap terjaga hingga anak cucu.
## Harapan untuk Masa Depan
Meski pesonanya tak terbantahkan, Hutan Ampupuk masih memerlukan "sentuhan" lebih lanjut. Bapak Alan, mewakili harapan warga sekitar, sangat mendambakan perhatian pemerintah. Sarana dan prasarana yang lebih memadai seperti tempat peristirahatan yang lebih tertata atau fasilitas umum lainnyatentu akan membuat antusiasme wisatawan tetap terjaga.
## Penutup: Lebih dari Sekadar Persinggahan
Hutan Ampupuk bukan sekadar tempat lewat bagi mereka yang melakukan perjalanan dari Ende ke Maumere. Ia adalah tempat untuk berhenti sejenak, mengambil napas dalam-dalam, dan merasakan detak jantung alam Flores yang masih murni.
Jika kamu berencana ke sana bersama sahabat atau rombongan, pastikan kendaraan dalam kondisi prima dan pakaian hangat sudah siap di tas. Datanglah, biarkan kabut menyapamu, dan bawa pulang cerita tentang Hutan Ampupuk yang takkan pernah terlupakan.
Tips Berkunjung:
* Waktu Terbaik: Pagi hari saat kabut masih tebal atau sore hari sebelum gelap.
* Pakaian: Jaket tebal, syal, dan sepatu dengan cengkeraman yang baik.
* Aktivitas: Forest bathing, fotografi, dan tentu saja, menikmati kopi di Kios Kajundara.
* Pesan Moral: Jangan tinggalkan apapun kecuali jejak kaki, jangan ambil apapun kecuali foto. Tetap jaga kebersihan Hutan AmpupukAmpupu
![]() |
| Klik ☝ untuk mengikuti akun Google News Kami agar anda tidak ketinggalan berita menarik lainnya |

