NTT – Alih-alih menyehatkan, program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digadang-gadang sebagai solusi pemenuhan gizi bagi pelajar justru berubah jadi bencana! Puluhan siswa SMA dan SMK di Sumba Barat Daya dilarikan ke rumah sakit dengan gejala yang mengerikan setelah menyantap makanan program MBG, Rabu, 23 Juli 2025.
Insiden keracunan massal ini terjadi di tiga sekolah sekaligus: SMA Negeri 1 Kota Tambolaka, SMK Don Bosco, dan SMK Negeri 2 Kota Tambolaka. Para siswa yang semula antusias menyantap menu nasi, ikan, tempe, sayur, dan buah jeruk, mendadak mengeluh pusing, mual, gatal-gatal, hingga ada yang pingsan.
Situasi mendadak kacau. Guru panik, siswa bergelimpangan, ambulans berdatangan. Sebagian besar korban langsung dilarikan ke RS Karitas Weetebula, RSUD Reda Bolo, dan Puskesmas Radamata untuk mendapatkan perawatan darurat.
Guru SMA Negeri 1, Siprianus Bao, menyebutkan ada 27 siswanya yang dilarikan ke RS Karitas. “Yang saya data, 27 siswa hanya dari SMA Negeri 1. Sebagian lainnya dirawat di RSUD Reda Bolo,” jelasnya.
Sementara itu, Ibrahim, koordinator pengawas, mengonfirmasi tambahan korban dari dua sekolah lainnya. “Dari SMK N 2 ada 4 siswa. Dari SMK Don Bosco, informasinya lebih banyak, tapi banyak yang pulang sendiri karena gejala ringan,” ungkapnya.
Ironisnya, menu yang menyebabkan keracunan massal ini adalah hasil pemesanan resmi dari suplier satu hari sebelumnya. Christian Candratya Rezki Lete Boro, Ketua Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Sumba Barat Daya, mengaku: “Kemarin kami langsung pesan di suplier. Menunya ikan, sup, jeruk, nasi, dan tempe.”
Bupati Sumba Barat Daya, Ratu Ngadu Bonu Wulla, turut membenarkan kejadian ini dan menyatakan bahwa 52 siswa dirawat di RS Karitas saja, belum termasuk yang berada di fasilitas medis lainnya. “Kami masih mendata jumlah pasti korban dan menelusuri sumber keracunan,” ujarnya.
Sampel makanan kini sedang diuji di laboratorium, sementara jumlah siswa yang menunjukkan gejala terus bertambah.
Program MBG sebelumnya telah menuai sorotan akibat laporan makanan basi di wilayah Sumba Barat. Kini, insiden terbaru ini memperpanjang daftar kelam distribusi pangan bergizi yang justru mengancam kesehatan pelajar.
Warga dan orang tua mendesak evaluasi menyeluruh terhadap program MBG, mulai dari sistem distribusi, kualitas bahan pangan, hingga akurasi pengecekan kebersihan. Program yang seharusnya menjadi berkah justru berubah menjadi malapetaka tak terduga di ruang kelas. (OR-FG)
![]() |
Klik ☝ untuk mengikuti akun Google News Kami agar anda tidak ketinggalan berita menarik lainnya |