Bekasi - Krisis di tubuh Partai Gema Bangsa Kota Bekasi tampaknya kian memburuk. Setelah sebelumnya sejumlah pengurus menyatakan mundur, kini gelombang pengunduran diri kembali terjadi di jajaran Dewan Pimpinan Daerah (DPD). Para kader menuding kepemimpinan yang otoriter dan tidak transparan menjadi biang kerok kisruh berkepanjangan di partai yang baru seumur jagung itu.
Foto: Agus Mulyadi, mantan Wakil Ketua Bidang Kader dan Pengembangan Kepemimpinan DPD Partai Gema Bangsa Kota Bekasi.
Minggu malam (3/11/2025), Agus Mulyadi, mantan Wakil Ketua Bidang Kader dan Pengembangan Kepemimpinan DPD Partai Gema Bangsa Kota Bekasi, secara terbuka mengungkapkan kekecewaannya terhadap kondisi internal partai.
“Pa Haji Bambang orang lama, dulu masuk karena diajak Pa Budi Ariyanto. Tadi siang telah menyampaikan pengunduran diri juga dari Pengurus DPD Partai Gema Bangsa Kota Bekasi. Jadi, sekarang malah banyak yang mundur. Mulai dari Bang Norma Basari (Wakil Ketua I), Ibu Rentina Sitorus (Wakil Bendahara II), sampai Pa H. Bambang Novianto (Wakil Ketua Bidang Politik)," kata Agus Mulyadi.
Menurutnya, kondisi organisasi di Partai Gema Bangsa Kota Bekasi saat ini sudah tidak sehat dan jauh dari semangat kebersamaan yang dulu menjadi semangat awal pendirian partai.
Agus bahkan menyebut masih ada beberapa kader yang akan menyusul keluar, termasuk Samsudin dan Reza Nofri
"Masih ada lagi yang siap keluar. Diantaranya Bang Samsudin dan Bang Reza Nofri,” jelasnya.
Lanjutnya, kalau kondisi kekisruhan ini terus dibiarkan oleh DPW maupun DPP, maka citra Partai Gema Bangsa akan negatif di mata rakyat Bekasi secara khusus dan Indonesia secara umum.
“Kalau begini terus, partai ini tidak akan maju. Kepemimpinannya lemah, banyak jabatan rangkap. Contohnya Zaki Safari Ilmi, dia itu pengurus DPW, pengurus komite, sekaligus pengurus DPD Kota Bekasi. Mau jadi pengurus DPP sekalian biar lengkap,” sindir Agus dengan nada kecewa.
Ia juga menegaskan, dengan struktur yang tidak efisien dan gaya kepemimpinan yang tidak aktif, sulit bagi Partai Gema Bangsa Bekasi untuk lolos ke tahap verifikasi KPU.
Deretan Pengurus yang Mundur
Gelombang pengunduran diri dari struktur DPD Partai Gema Bangsa Kota Bekasi kian panjang. Setelah Agus Mulyadi (Wakil Ketua Bidang Kader dan Pengembangan Kepemimpinan), Norma Basari (Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan) dan Rentina Sitorus (Wakil Bendahara II) menyatakan mundur pada Oktober lalu, kini giliran H. Bambang Novianto (Wakil Ketua Bidang Politik) yang resmi mengundurkan diri.
Dalam pesan WhatsApp Bambang yang dikirimkan ke Pengurus DPD Partai Gema Bangsa yang diterima redaksi pada Minggu (02/11/2025), Bambang menuliskan bahwa pengunduran diri yang dilakukannya itu karena dirinya ingin fokus pada kesehatan dan pekerjaan dan dirinya turut menyampaikan ucapan terima kasih serta permohonan maaf jika ada kesalahan selama kebersamaan di DPD Partai Gema Bangsa.
"Iya Bang," kata Bambang mengiyakan ketika dikonfirmasi, Minggu malam (02/11/2025).
Menurut Bambang, alasan pengunduran dirinya dari Pengurus DPD Partai Gema Bangsa Kota Bekasi ialah karena Ia sudah tak sejalan lagi dengan kepengurusan DPD Partai Gema Bangsa dibawa kepemimpinan Dedy Ferdiyanto saat ini. "Sudah tidak sejalan saja," ungkapnya.
Sementara itu, selain Bambang, Agus Mulyadi juga menyebut Zaky Pradana, mantan Kepala Sekretariat DPD Partai Gema Bangsa Kota Bekasi juga telah terlebih dahulu mengundurkan diri menjelang akhir Oktober 2025 lalu karena kecewa dengan gaya kepemimpinan Ketua DPD saat ini, Dedy Ferdiyanto.
Tak berhenti di situ, Agus mengungkap bahwa salah satu rekan dekatnya, Bang Ragil, yang sebelumnya dijanjikan masuk dalam kepengurusan DPD, juga memutuskan hengkang setelah namanya tidak tercantum dalam SK kepengurusan terbaru.
Konflik Lama, Masalah Tak Kunjung Usai
Kisruh internal Partai Gema Bangsa Kota Bekasi ini telah berlangsung sejak DPP Partai Gema Bangsa dibawa kepemimpinan Ahmad Rofiq sebagai Ketua Umum dan Muhammad Sofiyan sebagai Sekjen mengeluarkan SK baru dari DPP pada Agustus 2025 yang kemudian mengguncang DPD Kota Bekasi.
Dimana, SK tersebut mengganti kepengurusan lama yang dipimpin Budi Ariyanto tanpa mekanisme musyawarah. Keputusan itu dinilai cacat prosedur dan menyalahi AD/ART partai.
Akibatnya, sejumlah pengurus lama merasa tersingkir secara sepihak. Tak sedikit di antara mereka yang menganggap DPD saat ini hanya dikelola oleh segelintir orang yang haus jabatan.
“Dulu katanya partai ini membawa semangat desentralisasi politik, tapi kenyataannya malah sentralistik dan penuh intrik,” sindir salah satu kader yang enggan disebutkan namanya.
Citra Partai di Ujung Tanduk
Partai Gema Bangsa yang baru berdiri pada Januari 2025 dan mengantongi legalitas dari Kemenkumham pada Maret 2025 kini menghadapi ujian serius.
Partai besutan Ahmad Rofiq, eks Sekjen Partai NasDem dan Perindo ini, mengusung semangat desentralisasi politik, namun justru dihadapkan pada dinamika internal yang mencoreng citra awalnya.
Alih-alih tumbuh menjadi kekuatan politik baru, partai ini justru tersandung konflik internal, dengan Bekasi menjadi contoh paling nyata konflik serius dalam tubuh partai ini.
Apakah konflik ini akan merembet ke daerah lain? Dan apakah kepemimpinan baru mampu memulihkan kepercayaan kader serta publik?
Waktu yang akan menjawab, namun satu hal jelas: Partai Gema Bangsa menghadapi ujian konsolidasi yang tidak ringan di usia yang masih sangat belia.
“Kalau gaya kepemimpinan seperti ini dibiarkan, Saya yakin partai ini akan sulit memenangkan hati rakyat," tutup Agus Mulyadi.
Sementara itu, hingga berita ini diturunkan, Ketua DPD Partai Gema Bangsa Kota Bekasi, Dedy Ferdiyanto; Ketua DPW Jawa Barat, Ade Wardhana Adinata; Sekretaris DPW, Etim Rodiana; serta Ketua Umum Partai Gema Bangsa, Ahmad Rofiq, dan Sekjen Muhammad Sofiyan, belum memberikan tanggapan resmi atas gelombang pengunduran diri dan kritik tajam dari pengurus serta kader partai di Kota Bekasi. (OR-AAA)
![]() |
| Klik ☝ untuk mengikuti akun Google News Kami agar anda tidak ketinggalan berita menarik lainnya |
