Jakarta - Dalam upaya menjawab tantangan zaman dan gejolak politik yang terus berkembang, Simposium Setara Menata Bangsa menggelar Diskusi Nasional bertema "Pemuda Kristen dalam Pusaran Gejolak Politik", Minggu (14/9/2025). Diselenggarakan secara daring, acara ini berhasil menarik lebih dari 100 peserta dari berbagai organisasi kepemudaan Kristen, tokoh gereja, serta penggerak sosial lintas wilayah. Diskusi dipandu oleh moderator Argopandoyo dengan suasana yang hangat namun penuh substansi.
Acara ini bukan sekadar forum diskusi biasa. Menurut Dwi Urip Premono dari Simposium Setara, kegiatan ini menjadi bagian dari desain besar untuk menciptakan ruang dialog strategis bagi pemuda Kristen. Forum ini kita maksudkan bukan hanya menghasilkan output berupa percakapan, tapi juga outcome yang nyata berupa rekomendasi bagi para pengambil kebijakan. Ia berharap forum ini mampu melahirkan gerakan nyata yang memberi dampak pada perkembangan politik dan sosial Indonesia.
Ketua Umum GMKI, Prima Surbakti, dalam paparannya menekankan pentingnya pemuda Kristen meneguhkan kembali identitas kebangsaannya. Kolaborasi lintas organisasi, termasuk dengan gereja dan lembaga pendidikan, sangat penting untuk memperkuat partisipasi pemuda Kristen di berbagai bidang. GMKI saat ini tengah berfokus menghidupkan kembali semangat aktivisme mahasiswa Kristen sebagai pusat lahirnya pemimpin masa depan yang berkualitas dan berintegritas.
Senada dengan itu, Rosi Purnomo dari Departemen Pemuda Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) menambahkan bahwa pihaknya telah menginisiasi berbagai program pendidikan kewarganegaraan dan kebangsaan. Kami ingin pemuda siap menjadi pemimpin yang relevan dengan konteks mereka. Program tersebut digelar secara regional dan melibatkan berbagai denominasi gereja, membekali pemuda dengan keterampilan sosial, kepemimpinan, serta kemampuan pengambilan keputusan yang tepat.
Sementara itu, Ketua Umum Gempar, Yohanes D. Sirait, mengajak pemuda Kristen untuk berpikir lebih luas dalam menyikapi realitas sosial-politik. Kalau setiap gereja melakukan satu kebaikan saja setiap minggu, orang akan melihat Kristus lewat perbuatan kita. Ia menekankan bahwa tantangan ke depan tidak hanya menyangkut struktur politik, tetapi juga suprastruktur seperti gaya hidup dan integritas moral para pemimpin.
Menambahkan perspektif strategis, Pdt. Brigjen TNI (Purn) Harsanto Adi, MM, Ketua Umum Asosiasi Pendeta Indonesia (API), menekankan pentingnya peran pemuda Kristen dalam membangun kesadaran politik yang inklusif dan menjaga perdamaian di tengah dinamika bangsa. Menurutnya, pemuda Kristen harus menjadi agen perubahan yang membawa nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Diskusi yang berlangsung selama beberapa jam ini ditutup dengan kesepahaman: pemuda Kristen tidak boleh pasif. Mereka harus mengambil peran aktif, berjejaring lintas organisasi, dan membangun kesadaran politik yang inklusif demi terwujudnya masyarakat yang adil dan harmonis.Meski berhalangan hadir karena tugas pelayanan, Kefas Hervin Devananda, Direktur LKBH Pewarna Indonesia, tetap memberikan apresiasinya. Dalam pesan WhatsApp yang diterima redaksi, ia menyampaikan harapannya agar diskusi ini menjadi langkah awal yang signifikan. "Saya sangat mengapresiasi diskusi ini. Semoga menjadi momentum bagi pemuda Kristen untuk lebih aktif dalam membangun kesadaran politik yang inklusif dan menjaga perdamaian di tengah dinamika politik yang kompleks," ujarnya. (OR-VH/IRF)
![]() |
Klik ☝ untuk mengikuti akun Google News Kami agar anda tidak ketinggalan berita menarik lainnya |