Maybrat – Polemik pemekaran distrik di Kabupaten Maybrat kembali memunculkan suara penolakan dari masyarakat. Salah satu tokoh muda yang juga anak asli Kampung Tomase, Aris Kareth, menyatakan dengan tegas penolakannya terhadap hasil pertemuan sejumlah intelektual Distrik Ayamaru Utara Timur yang digelar di Kota Sorong, Kamis (21/08/2025).
Menurut Aris, meskipun pertemuan tersebut bertujuan baik untuk memperjuangkan hak masyarakat Distrik Ayamaru Utara Timur, namun terdapat hal-hal yang dianggap tidak sesuai dan berpotensi menimbulkan konflik baru, khususnya rencana memasukkan Kampung Tomase ke dalam draft pemekaran distrik baru yakni Distrik Ayamaru Utara Timur Jaya.
“Kami apresiasi langkah para intelektual yang membela masyarakat Ayamaru Utara Timur agar tidak terseret ke pemekaran hanya karena kepentingan kelompok tertentu. Namun, jangan jadikan itu alasan untuk memasukkan nama Kampung Tomase ke dalam distrik baru. Itu tidak bisa diterima,” tegas Aris saat menyampaikan keterangannya kepada media, Jumat (22/08/2025).
Ia menegaskan bahwa permasalahan utama yang perlu menjadi perhatian justru adalah tarik-menarik dua kampung, yakni Kampung Nauwita dan Kampung Fraboh, yang sebelumnya telah terlibat dalam wacana pemekaran.
“Fokus masalahnya di situ. Dua kampung itu harus dikembalikan ke Distrik Ayamaru Utara Timur agar wilayah ini tetap utuh dengan delapan kampungnya. Jangan melebar ke kampung lain yang tidak berkaitan, seperti Tomase,” ujarnya.
Lebih lanjut, Aris menyebutkan bahwa secara wilayah dan administrasi, Kampung Tomase telah jelas berada dalam Distrik Ayamaru Utara Timur, sehingga rencana pemindahan ke distrik baru sangat tidak berdasar dan hanya akan menimbulkan persoalan baru.
“Kami anak-anak asli dan seluruh masyarakat Kampung Tomase menolak keras draft pemekaran distrik baru yang menyertakan nama Tomase. Jangan seret kami ke dalam persoalan yang tidak kami tahu dan tidak pernah kami setujui,” katanya.
Ia juga mengkritik sebagian intelektual yang dianggap inkonsisten antara pernyataan mereka di media dengan tindakan nyata di lapangan. Menurutnya, seharusnya setiap rencana yang melibatkan kampung-kampung harus terlebih dahulu melalui diskusi dan musyawarah dengan masyarakat setempat.
“Kami dengar di media mereka bilang harus ada diskusi dulu, tapi nyatanya di pertemuan di Sorong, nama Kampung Tomase sudah dimasukkan ke draft tanpa ada pembicaraan. Ini tidak bisa dibiarkan,” tegas Aris.
Sebagai penutup, ia mengingatkan bahwa pemaksaan seperti ini hanya akan menimbulkan konflik horizontal di kemudian hari, yang tentu tidak diinginkan oleh siapa pun.
“Sekali lagi saya tegaskan, kami menolak tegas semua bentuk ide, rancangan, maupun draft pemekaran distrik baru yang menyertakan nama Kampung Tomase tanpa persetujuan masyarakat. Jangan ciptakan keributan baru di atas tanah kami sendiri,” pungkasnya. (OR-YK)
![]() |
Klik ☝ untuk mengikuti akun Google News Kami agar anda tidak ketinggalan berita menarik lainnya |