Ambon - Budayawan muda Maluku, Vigel Faubun, menyampaikan kritik terbuka terhadap pernyataan kontroversial Wakil Gubernur Maluku, Abdullah Vanath, yang mengatakan bahwa Firman Tuhan (Alkitab) dan Hadits Rasulullah SAW sudah tidak manjur lagi menyadarkan orang agar berhenti mengonsumsi miras.
Menurut Vigel, pernyataan tersebut tidak hanya mencederai nalar publik, tetapi juga berpotensi melukai keyakinan umat beragama yang menjunjung tinggi nilai-nilai keilahian dalam ajaran suci masing-masing.
"Saya sangat menyayangkan pernyataan itu. Seorang pemimpin harus paham bahwa ucapannya punya dampak luas. Ini bukan soal pribadi atau politik, ini soal menjaga rasa hormat terhadap nilai-nilai spiritual yang hidup dalam masyarakat Maluku,” ujar Vigel Faubun dalam rilisnya kepada wartawan, Selasa (29/07/2025).
Ia menekankan bahwa persoalan miras memang menjadi tantangan besar di Maluku. Namun menurutnya, menyampaikan kritik terhadap kondisi sosial tidak boleh dilakukan dengan cara yang merendahkan ajaran agama.
“Menyatakan Firman Tuhan dan Hadits tidak lagi manjur, itu bukan sekadar ekspresi frustrasi. Itu bisa ditafsirkan sebagai bentuk pelecehan terhadap nilai-nilai suci. Padahal, masyarakat Maluku hidup dalam harmoni iman, adat, dan budaya. Ucapan itu melukai ketiga pilar tersebut,” tambahnya.
Sebagai budayawan yang aktif dalam gerakan seni dan literasi, Vigel mengingatkan bahwa kata-kata di Maluku memiliki makna mendalam. Ia mengibaratkan kata sebagai ruh budaya, yang bila digunakan secara ceroboh, bisa menjadi sumber luka dan kegaduhan.
“Pemimpin harus jadi teladan tutur. Ucapan mereka bukan sekadar opini, tapi cermin kebijaksanaan. Jangan sampai lidah yang lepas justru merusak kepercayaan masyarakat yang telah lama dijaga,” tegasnya.
Menutup pernyataannya, Vigel menyerukan agar Wakil Gubernur segera memberikan klarifikasi terbuka dan bila perlu menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat, demi menjaga kedamaian sosial dan menjaga integritas jabatan.
“Ini bukan soal mempermalukan, tapi soal merawat kepercayaan. Klarifikasi bukan kelemahan, tapi keberanian moral. Kami sebagai generasi muda ingin pemimpin yang merawat kata, bukan yang membakar harapan,” pungkasnya. (OR-EH)
![]() |
Klik ☝ untuk mengikuti akun Google News Kami agar anda tidak ketinggalan berita menarik lainnya |