Close
Close

Kasus Pengeroyokan Aktivis GMNI Mandek, Polisi Disoroti

iklan ditengah halaman

Sorong - Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kabupaten Sorong melontarkan kritik tajam terhadap kinerja Polres Aimas yang dinilai lamban dalam menangani kasus pengeroyokan yang diduga melibatkan sekelompok mahasiswa Universitas Pendidikan Muhammadiyah (Unimuda) Sorong, Program Studi Penjas. Salah satu korban dalam peristiwa itu adalah kader aktif GMNI.

Sekretaris GMNI Kabupaten Sorong, Sukandi Loklomin, menyampaikan kekecewaan mendalam atas tidak adanya kejelasan dan progres berarti dari pihak kepolisian, meski kasus tersebut telah memicu keresahan publik dan mencederai nilai-nilai demokrasi di lingkungan kampus.


“Lebih mengkhawatirkan, terdapat dugaan kuat bahwa aksi kekerasan ini dipicu oleh provokasi dari seorang oknum dosen di lingkungan kampus Unimuda. Namun hingga saat ini, belum ada hasil penyelidikan resmi yang dirilis oleh pihak kepolisian,” tegas Sukandi dalam keterangannya, Jumat (26/7).


Ia menambahkan, lambannya penanganan kasus ini bukan hanya bentuk kelalaian aparat, tetapi juga menjadi preseden buruk yang dapat menumbuhkan budaya impunitas dalam lingkungan kampus.


“Sudah terlalu lama kami menunggu itikad baik dan profesionalisme Polres Sorong. Tidak ada kejelasan, tidak ada progres, dan tidak ada keadilan. Ini pelecehan terhadap kepercayaan publik terhadap institusi penegak hukum,” ujarnya dengan nada geram.


Sukandi menilai, jika pihak kepolisian terus bersikap pasif, maka kekerasan di kampus bisa menjadi hal yang dianggap lumrah. Menurutnya, kampus seharusnya menjadi ruang aman untuk berpikir dan berdiskusi, bukan tempat untuk menyebarkan kekerasan.


“Kami mendesak Polres Sorong segera mengusut tuntas kasus ini, bukan hanya terhadap pelaku di lapangan, tetapi juga mengungkap aktor intelektual di baliknya, termasuk dugaan keterlibatan oknum dosen yang memprovokasi,” tandasnya.


Lebih lanjut, GMNI Kabupaten Sorong menegaskan siap menggelar aksi besar-besaran jika dalam waktu dekat tidak ada langkah konkret dari aparat kepolisian.


“Kami tidak akan diam ketika kawan-kawan kami dipukul, dianiaya, dan dilecehkan hak-haknya. Ini adalah ujian bagi aparat penegak hukum: berpihak pada keadilan atau membiarkan hukum diinjak-injak,” ujar Sukandi.


Di akhir pernyataannya, GMNI juga menyerukan kepada pihak Unimuda, terutama rektorat dan jajaran akademik untuk bersikap tegas dan bertanggung jawab secara moral terhadap situasi ini.


“Dunia pendidikan seharusnya menjadi pilar perdamaian, bukan ladang kekerasan. Kami menuntut semua pihak ikut menjaga marwah institusi pendidikan,” tutupnya. (OR-YK)

Baca Juga
Klik ☝ untuk mengikuti akun Google News Kami
agar anda tidak ketinggalan berita menarik lainnya

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama