Close
Close
Orasi Rakyat News
Orasi Rakyat News
Orasi Rakyat News

Webinar Pendidikan PB HMI Soroti Peran Beasiswa dalam Mewujudkan Indonesia Emas 2045

Jakarta - Komisi Pendidikan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) menggelar webinar bertajuk “Beasiswa untuk Anak Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045”, Minggu (19/10/3025) dan menghadirkan Kepala Pusat Pembiayaan Pendidikan Agama dan Keagamaan (Puspenma) Kementerian Agama RI, Dr. Ruchman Bosari, S.Ag., M.Ag., sebagai narasumber utama.


Ketua Komisi Pendidikan PB HMI, Risdamuddin dalam sambutannya, menekankan pentingnya pemerataan pendidikan di seluruh Indonesia. Ia menilai bahwa beasiswa bukan hanya soal bantuan dana, tapi juga strategi membangun manusia unggul menuju 2045.


“Kita tidak hanya mendiskusikan beasiswa, tetapi juga memastikan pendidikan merata di seluruh Indonesia,” ujarnya.


Risdamuddin juga berharap webinar ini dapat menjadi langkah awal sinergi antara PB HMI dan Puspenma dalam merancang skema beasiswa ke depan.


Senada dengan itu, Ketua Umum PB HMI, Handy Muharam, menyebut HMI sebagai organisasi “creative minority” yang siap menjadi mitra strategis pemerintah dalam membangun sumber daya manusia unggul.


“Visi intergenerasi PB HMI itu sederhana. Jika orang tuanya pemegang sapu lidi di sekolah, maka anaknya harus jadi guru, cucunya jadi kepala sekolah,” ungkap Handy.


Handy menegaskan bahwa PB HMI siap mengemban amanah dalam pembangunan SDM unggul. “Jika HMI diberikan kepercayaan, in sya Allah HMI amanah,” tambahnya.


Dr. Ruchman Bosari menyambut baik inisiatif PB HMI. Ia menggarisbawahi bahwa isu beasiswa dan pendidikan bukan hanya menjadi perhatian organisasi, tapi juga Kementerian Agama sebagai institusi negara.


“Ini bukan semata-mata kepentingan HMI, tetapi juga kepentingan Kementerian Agama. Kita harus saling sinergi dan kerja sama,” tegas Ruchman.


Ia mengungkapkan bahwa disparitas pendidikan antara Jawa dan luar Jawa masih menjadi tantangan besar, mulai dari fasilitas, infrastruktur, hingga kualitas tenaga pengajar yang belum merata.


“Masih banyak gedung sekolah tidak layak, akses pendidikan yang sulit dijangkau, serta guru yang kurang inspiratif,” ujarnya.


Tak hanya itu, Ruchman juga menyoroti tantangan global seperti disrupsi teknologi dan revolusi industri 4.0 yang menggeser banyak jenis pekerjaan manusia ke mesin atau robot. Ia menyebutkan, sekitar 75–375 juta tenaga kerja dunia telah berpindah profesi dan jutaan lainnya tergantikan oleh AI.


Data BPS menunjukkan, dari 139,85 juta penduduk bekerja di Indonesia, 5,32 persen tergolong pengangguran terbuka. Rata-rata pendapatan bersih pekerja informal juga masih rendah, yaitu sekitar Rp1,91 juta per bulan.


“Untuk mewujudkan Indonesia emas 2045, maka kita harus mempersiapkan kualitas tenaga kerja dengan teknologi digital,” lanjutnya.


Ia memaparkan bahwa Indonesia memiliki target ambisius pada 2045, mulai dari peningkatan daya saing SDM, menurunnya ketimpangan, hingga proyeksi sebagai ekonomi terbesar ke-4 dunia.


Namun, ia juga mencatat bahwa rasio penduduk bergelar S2/S3 di Indonesia masih jauh tertinggal. Saat ini baru menyentuh angka 0,49 persen, dibandingkan negara-negara tetangga seperti Vietnam, Malaysia, dan Thailand yang telah mencapai 2,43 persen, bahkan jauh di bawah negara-negara maju yang menyentuh 9,8 persen.


“Dengan beasiswa Kemenag diharapkan mampu meningkatkan kualitas manusia Indonesia untuk mencapai Indonesia emas 2045,” tutup Ruchman. (OR-Rls)

Baca Juga
Klik ☝ untuk mengikuti akun Google News Kami
agar anda tidak ketinggalan berita menarik lainnya

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama