Ambon – Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Ambon menyatakan komitmennya dalam mengimplementasikan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC), sebuah inisiatif yang diluncurkan oleh Kementerian Agama RI pada 24 Juli 2025. Sebagai bentuk langkah awal, Fakultas Ilmu Sosial Keagamaan IAKN Ambon menggelar Seminar Nasional bertajuk “Menenun Cinta, Merawat Keberagaman: Kontribusi Perguruan Tinggi Kristen dalam Membangun Perubahan Damai”, yang berlangsung di Auditorium IAKN Ambon pada Rabu (22/10/2025), pukul 09.00–13.00 WIT.
Rektor IAKN Ambon, Prof. Dr. Yance Z. Rumahuru, M.A., menjelaskan bahwa seminar ini merupakan bagian dari tindak lanjut kerja sama antara IAKN Ambon dan Institut Leimena dalam mengembangkan kurikulum berbasis literasi keagamaan dan lintas budaya.
“Ini merupakan kelanjutan dari pekerjaan yang telah kami mulai sejak awal tahun bersama Institut Leimena. Kami berkomitmen membangun Kurikulum Berbasis Cinta yang mengedepankan literasi keagamaan dan dialog lintas budaya,” ujar Prof. Rumahuru.
Ia menegaskan bahwa IAKN Ambon memiliki tanggung jawab moral dan institusional dalam mendukung gagasan besar yang diinisiasi Menteri Agama RI, Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, M.A., dalam upaya merawat keberagaman melalui pendekatan berbasis cinta.
“Sebagai perguruan tinggi keagamaan, kami punya peran strategis dalam mengimplementasikan Kurikulum Berbasis Cinta sebagai strategi merawat kebhinnekaan dan membangun perdamaian,” tambahnya.
Salah satu pemateri dalam seminar, Dr. Budhy Munawar Rachman, yang membawakan materi tentang Filsafat dan Kurikulum Cinta, memaparkan bahwa istilah "Kurikulum Cinta" sempat terdengar tidak biasa. Namun, menurutnya, konsep ini sangat relevan dalam perspektif teologi, filsafat, dan psikologi.
“Cinta dalam konteks ini adalah cinta kemanusiaan—sebuah kekuatan yang menyatukan dan membebaskan. Bukan sesuatu yang asing, terutama dalam dunia akademik dan spiritual,” ungkap Dr. Budhy.
Sementara itu, Prof. Dr. Inayah Rohmaniyah, M.Hum., M.A., yang membawakan materi Cinta, Kebebasan, dan Keadilan: Relasi Gender, menekankan pentingnya implementasi nilai-nilai cinta di setiap daerah, termasuk Ambon, sebagai upaya menjaga keharmonisan sosial.
“Kurikulum ini mencerminkan idealisme Kementerian Agama yang perlu diwujudkan secara kontekstual di setiap wilayah. Di Ambon, misalnya, nilai cinta bisa menjadi dasar untuk memperkuat kerukunan dan stabilitas masyarakat,” jelas Prof. Inayah.
Ia juga menyampaikan pesan khusus kepada generasi muda yang saat ini kerap dilanda krisis identitas dan kegelisahan sosial.
“Anak muda sekarang sering galau, overthinking, dan FOMO karena terlalu menggantungkan kebahagiaan pada faktor eksternal. Padahal, kebahagiaan sejati datang dari dalam diri sendiri. Itulah kekuatan cinta yang membebaskan,” tuturnya.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa cinta bukan sekadar perasaan, tetapi kekuatan transformatif yang dapat menghapus kekerasan dan ketidakadilan.
“Cinta seharusnya membebaskan, bukan menindas. Ia identik dengan keadilan. Karena itu, Ambon bisa menjadi contoh bagi Indonesia dalam membumikan nilai-nilai cinta dalam kehidupan bermasyarakat,” pungkas Prof. Inayah.
Dengan terselenggaranya seminar ini, IAKN Ambon menegaskan perannya sebagai pelopor dalam pendidikan yang memadukan nilai akademik, spiritualitas, dan kemanusiaan demi terciptanya perdamaian yang berkelanjutan. (OR-Rls)
![]() |
Klik ☝ untuk mengikuti akun Google News Kami agar anda tidak ketinggalan berita menarik lainnya |