Dalam orasinya, para siswa menyampaikan kekecewaan kepada pihak sekolah yang dianggap tidak memenuhi hak dasar mereka untuk belajar secara layak. Selain masalah bahan praktik, mereka juga menyoroti persoalan fasilitas penunjang, mulai dari ketiadaan air bersih hingga kondisi meja, pintu, dan atap sekolah yang rusak.
Situasi sempat memanas ketika sejumlah siswa membakar ban bekas di halaman sekolah. Namun ketegangan berhasil diredam setelah pihak kepolisian bersama Kepala Cabang Dinas Pendidikan Sibolga turun langsung ke lokasi. Aksi kemudian berakhir dengan tertib, dan para siswa membubarkan diri.
Kepala SMK Negeri 3 Sibolga, Syafaruddin Siregar, saat dimintai keterangan mengklaim bahwa persoalan tersebut hanya terjadi karena adanya miskomunikasi. Ia bahkan menyebut ada pihak luar yang diduga memprovokasi aksi tersebut. "Ada yang mendalangi. Karena bahasanya bukan bahasa siswa," ujarnya.
Meski demikian, Syafaruddin menyebut pihaknya telah melakukan sejumlah perubahan setelah mendengar aspirasi para siswa, meskipun tidak merinci langkah konkret yang sudah dijalankan.
Sebagai informasi, kebutuhan fasilitas sekolah dan bahan praktik sebenarnya sudah masuk dalam alokasi Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sesuai dengan aturan Permendikdasmen Nomor 8 Tahun 2025. Dana tersebut diatur penggunaannya, antara lain untuk pemeliharaan sarana prasarana maksimal 20% dari alokasi tahunan, penyediaan bahan praktik, buku teks maupun non-teks, hingga pengadaan alat multimedia pembelajaran.
Aksi ini menjadi pengingat pentingnya pengelolaan dana pendidikan secara transparan serta pemenuhan fasilitas sekolah demi mendukung kegiatan belajar mengajar yang berkualitas. (OR-RZ)
 |
| Klik ☝ untuk mengikuti akun Google News Kami agar anda tidak ketinggalan berita menarik lainnya |